
Film ini di bintangi oleh Osa Aji Santoso, Fuad Idris, Ence
Bagus, Ringgo Agus Rahman, dan Astri Nurdin. Mengambil lokasi syuting di
Kalimantan Barat dekat perbatasan Malaysia bercerita tentang kehidupan
diperbatasan dengan segala keterbelakangan pembangunan dan ekonomi. Saya tidak
pandai untuk menilai acting pemain atau pun pengambilan gambarnya, tapi saya
melihat ada beberapa adegan yang mengharukan dan pesan moral yang bisa dipetik.
Pertama, perbedaan yang jelas terlihat di perbatasan
Indonesia dan Malaysia. Dalam film digambarkan dengan sangat jelas
perbedaan
dari segi pembangunan antara jalan aspal milik Malaysia dan Jalan berbatu milik Indonesia. Selain itu
juga kehidupan ekonominya dimana lebih mudah untuk mencari ekonomi Malaysia
dari pada di perbatasan Indonesia.
Kedua, Kecintaan terhadap negeri. Hal ini terlihat dalam
adegan konflik batin ketika Haris (Ence Bagus) duda beranak dua berupaya
mengajak kedua anaknya Salman dan Salina (Tissa Biani Azahra) dan ayahnya
Hasyim (Fuad Idris) untuk pindah ke Malaysia. Namun Hasyim mantan sukarelawan
Indonesia yang terlibat dalam konfrontasi Indonesia-Malaysia 1960-an silam
menampik mentah-mentah. Hasyim berkata “ Aku mengabdi bukan untuk pemerintah,
tapi untuk negeri ini”. Selain itu juga adegan ketika Salman berkeras menebus
bendera Merah Putih yang dipakai kain pembungkus barang seoarang penduduk
pribumi di kawasan Mayasia dengan kain sarung. Bendera itu kemudian di bawahnya
sambil berlari pulang ke negerinya ( Indonesia ) diiringi lagu Tanah
Air, hhmm, adegan yang menyentuh.
Ketiga, sedikit mengingatkan ( baca : menyindir ) pemerintah.
Sindiran ini terlihat ketika Salman membacakan puisi untuk kunjungan pejabat ke
desanya..Bukan lautan hanya kolam susu katanya/Tapi kata kakekku
hanya orang kaya yang minum susu/Tiada badai tiada topan yang kau temui/ kain
dan jala cukup menghidupimu/Tapi kata kakekku ikannya diambil negara asing/
ikan dan udang menghampiri dirimu..katanya/Tapi kata kakekku ssh..ada udang di
balik batu/Orang bilang tanah kita tanah surga..katanya/Tapi kata dokter Intel
yang punya surge hanya pejabat-pejabat…Sebuah
puisi yang simple, tapi menohok. Membuat saya yang mendegarnya mungkin perlu
bertanya dan instropeksi, apalagi pejabat yang ada di film tersebut yang
diperankan oleh Deddy Mizwar dan mungkin juga seharusnya pejabat2 di negeri
ini.
Masih banyak adegan2 yang menyentuh lainnya dan menurutku secara
overall film ini cukup baik, dan perlu ditonton untuk mengingatkan kita kembali
akan nasionalisme, mengingatkan kembali tentang masih banyaknya PR yang harus
dikerjakan untuk membangun Indonesia lebih baik apalagi diperbatasan Indonesia
seperti yang digambarkan dalam film. “Apapun
yang terjadi, jangan sampai kehilangan cintamu pada negeri ini” – Tanah Surga..katanya..
0 komentar:
Posting Komentar